Percobaan: PENGUAT ‘COMMON – EMITTER’
PENGUAT ‘COMMON – EMITTER’
10.1
Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum, menyusun rangkaian, memeriksa
rangkaian dan menganalisa data
diharapkan mahasiswa dapat :
a.
Menghitung penguatan tegangan dari penguat ‘common emitter’.
b.
Mengukur penguatan tegangan dari penguat ‘common
emitter’.
c. Menentukan tegangan dan arus kerja dari
penguat ‘common emitter’.
10.2
Dasar Teori
Penguat dengan menggunakan transistor (BJT) dapat dirangkai
dengan konfigurasi ‘common emitter’,‘common collector ‘dan ‘common
base’. Setiap konfigurasi
mempunyai karakteristik yang berbeda. Secara sederhana bentuk dasar konfigurasi
tersebut dapat dilihat pada gambar
Gambar 10.1 Konfigurasi penguat transistor.
Gambar berikut contoh
rangkaian common emitor (emitor bersama). Sinyal masukan diberikan pada basis,
sedangkan sinyal keluaran diambil di kolektor. Sinyal keluaran berbeda fasa 180o
dengan sinyal masukan.
Untuk menganalisa rangkaian tersebut, diubah dulu
ke model ac-nya. Untuk sinyal ac, semua sumber tegangan dc tampak seperti
terhubung singkat. Artinya VCC dan ground (pentanahan) adalah
sama. Sehingga rangkaian (a) menjadi seperti gambar 10.2b. Gambar 10.2c,
merupakan model ac yang sebenarnya dari gambar (a).
Gambar 9.2. (a) Rangkaian Common Emitor Amplifier.
(b)
dan (c) Model ac-nya.
Pada terminal masukan (input)
dapat dihubungkan dengan sumber sinyal. Sumber sinyal masukan seperti sebuah
generator sinyal (vs) plus tahanan internal (Rs).
Sedangkan pada keluaran dapat dihubungkan dengan sebuah beban (RL).
Dari gambar 7.1c, kita dapat menghitung :
Pada gambar
7.1c, arus kolektor ini mengalir melewati RC // , dari bawah menuju
atas.
Serta :
hoe
dapat diabaikan, karena nilainya sangat kecil.
Sehingga
tegangan keluaran (vo) adalah :
Besar penguatan tegangan (Av)
adalah :
Besar tahanan masukan
:
Biasanya R1//R2 jauh lebih besar dibanding ,
sehingga tahanan masukan lebih dominan nilai . Jadi :
Dan
besar tahanan keluaran :
10.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
a. Osiloskop
(1
buah)
b. Generator Fungsi 10 Hz s/d 1 MHz (1 buah)
c. Multimeter
Analog / Digital (1 buah)
d. Catu
Daya 12 Volt (1
buah)
e. Kabel
power (3
buah)
f.
Kabel BNC to BNC (1
buah)
g. Kabel
Banana to Buaya (2
buah)
h. Kabel
BNC to Buaya (2
buah)
i.
T penghubung (1
buah)
j.
Transistor 2N 3904 (atau ekivalen) (1 buah)
k. Resistor
270W (1
buah)
l.
Resistor
1KW (1
buah)
m. Resistor 2,2KW (1 buah)
n. Resistor 4,7KW (1 buah)
o. Resistor 27KW (1 buah)
p. Kapasitor
10mF (1 buah)
q. Kapasitor 47mF (2 buah)
r.
Protoboard (1
buah)
s. Kabel-kabel
penghubung (secukupnya)
10.2
Langkah Percobaan
1.
Siapkan catu daya ( Power Supply).
2.
Pastikan catu daya pada kondisi OFF dan pengatur
tegangan pada posisi minimum.
3.
Hubungkan catu daya dengan tegangan jala-jala.
4.
Siapkan catu daya untuk mencatu rangkaian penguat.
5.
Buat rangkaian seperti berikut:
Gambar 10.3. Rangkaian penguat common emitter untuk percobaan 10
1.
Dengan menggunakan analisis ekivalen dc, hitunglah
terlebih dahulu berapa VB, VE, IC, dan VCE
dengan menganggap hFE = b = 100 dan a = 1.
2.
Pindahkan catu daya ke posisi ON dan signal generator
belum dimasukkan, ukurlah besarnya VB, VE, IC,
dan VCE dengan menggunakan volt meter dan amperemeter.
3.
Tentukan resistansi dinamik emitter re.
Besarnya resistansi dinamik emitter re dapat dicari dengan
pendekatan
11. Kemudian dari pengukuran ini hitung penguatan
tegangan Av=.Vo/Vi
Bandingkan hasil perhitungan langkah 9 dengan hasil pengukuran tersebut.
12.
Ukurlah
beda phase antara input dan output pada frekuensi tersebut.
13.
Dengan
melepas kapasitor CE ulangi langkah 10 dan 11. Apakah terjadi
perbedaan ? mengapa?
14. Pasang kembali kapasitor CE dan dengan
memberikan frekuensi bervariasi mulai dari 10 Hz sampai 20 KHz buatlah kurva
plot respon frekuensi dari penguat. Buatlah juga plot beda phase antara input
dan outputnya.
10.1
Hasil
Percobaan
a. hasil perhitungan?
b.
Saat CE dipasang
Keterangan :
Volt/div à CH1 : 50 mV
à CH2 : 200 mV
Time/div
à 500 µs
Vin : 0.104 Vp-p
Vout : 0.632 Vp-p
Beda phase : -141 º
c.
Saat CE dilepas
Keterangan
:
Volt/div à CH1 : 50 mV
à CH2 : 20 Mv
Time/div à 500 µs
Vin : 0.106 Vp-p
Vout : 0.0336 Vp-p
10.7 Tugas dan Pertanyaan
Tugas
1.
Buatlah analisis ac dengan menggunakan parameter hybrid
untuk rangkaian percobaan 10.
- Pertanyaan
1.
Mengacu pada gambar rangkaian percobaan, apa yang
menyebabkan terjadi perbedaan antara perhitungan tegangan bias dc dengan hasil
pengukuran?
2.
Apa fungsi dari kapasitor CE? dan apa yang terjadi jika
tidak dipasang? Mengapa?
3.
Buatlah rangkaian ekivalen sinyal kecil dengan
menggunakan parameter hibrid, cari data transistor dan kemudian hitung
penguatan berdasarkan parameter tersebut.
4.
Bandingkan
hasil pengukuran dengan perhitungan nomor 3 di atas dan juga perhitungan
berdasarkan pendekatan. Berikan komentar anda.
5.
Berapa daerah frekuensi kerja transistor 2N3904
tersebut ?
Jawab :
1. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadi
perbedaan antara prhitungan tegangan bias dc dengan hasil pengukuran, antara
lain :
a. Nilai resistor saat percobaan berbeda dengan nilai ideal
dalam perhitungan akibat nilai R saat
percobaan berubah meskipun masih dalam rentang toleransi.
b. perbedaan besarnya hfe yang sesungguhnya
dari transistor, dimana secara teori perhitungan nilai hfe hanya diasumsikan
sebesar 100 yang tentu berbeda dengan hfe transistor yang digunakan saat
percobaan.
c. Sumber tegangan yang tidak benar-bear 12
Volt.
d. Kurang telitinya saat pengukuran akibat
kalibrasi yang belum sempurna dan pengaruh pembebanan alat ukur.
2. Fungsi dan kapasitor CE adalah sebagai
kapasitor “by pass” yang akan melewatkan
arus AC dengan perubahan nilai ZE nya akan semakin kecil jika frekuensi
sinyal input naik, sesuai dengan persamaan Zce=1/2pfC sehingga penguatan dari rangkaian
tersebut terhadap sinyal input semakin besar karena nilai RE//ZC-ce yang
menghubungkan kaki emitor dari transistor ke ground semakin kecil sesuai dengan
persamaan penguatan dalam teori. Sedangkan jika tanpa sinyal input artinya
berlaku analisis DC rangkaian mempunyai penguatan yang rendah yang berarti
transistor tidak bekerja maksimal sehingga tidak panas karena disipasi daya
transistor kecil.
Jika tidak dipasang maka
pengutan AC dari rangkaian penguat transistor common emitor akan menjadi lebih
kecil atau turun. Hal ini dikarenakan pada analisis AC sesuai dengan persamaan
dalam teori dengan nilai penguatan dipengaruhi pembagian darinilai ZE.
Sedangkan untuk analisis DC atau nilai penguatan tanpa sinyal input baik
terpasang kapasitor CE maupun tidak maka penguatannya tidak berubah.
3. Rangkaian ekuivalen sinyal kecil dengan
menggunakan parameter hybrid berdasarkan data transistor 2N3904 sehingga nilai
penguatan dapat dihitung sebagai berikut :
1. Perbandingan hasil pengukuran dengan
perhitungan nomor 3 di atas dan juga perhitungan berdasarkan pendekatan adalah
:
a. Pada perhitungan teori diperoleh hasil
penguatan yang berbeda karena nilai resistor maupun nilai-nilai parameter yang
berbeda.
b. Perbedaan hasil pengukuran lebih kecil
karena nilai hfe transistor terpasang juga relatif jauh lebih kecil sehingga
sangat mempengaruhi hasil percobaan.
5. Daerah frekuensi kerja transistor 2N3904
tersebut adalah maksimal sampai dengan 300MHz (tertera pada lampiran data sheet
transistor 2N3904). Tetapi, berdasarkan percobaan yang telah dilakukan daerah
frekuensi kerja transistor adalah 10 Hz-1 KHz.
ANALISA :
Telah dilakukan percobaan Penguat Common Emittor
sehingga didapatkan bahwa :
a. Penguat common emittor memiliki tegangan
output yang lebih besar dibandingkan dengan sinyal masukan dengan kata lain
bahhwa terjadi penguatan tegangan.
b. Sedangkan penguatan pada sinyal input juga
meunjukkan sinyal sinusoidal dengan amplitudo lebih besar dengan fasa yang
terbalik tetapi punca gelombang keluaran mengalami pemotongan (clipper).
c. Sinyal hasil penguatan yang besar dan
melampaui besar tegangan sumber, menyebabkan pemotongan sinyal pada sisi puncak
dari gelombang keluaran.
KESIMPULAN :
a. Penguat common emittor dapat digunakan
sebagai penguat tegangan dengan polaritas terbalik (fasa) atau dapat dikatakan
sinyal input mengalami pengutan tegangan denngan perbedaan fasa 180°.
b. Gelombang sinyal sinusoidal hasil dari
penguatan pada sinnyal kecil memiliki keluaran sama dan fasa yang terbalik,
tetapi jika sinyal input terlalu besar maja aakan mengalami cacat atau
pemotongan sinyal.